Nasib Para Pengungsi Suku Rohingnya – Pemerintah Indonesia sedang mendiskusikan untuk menempatkan ratusan akun pro thailand pengungsi Rohingya di lokasi khusus menyusul adanya suara “penolakan dari sejumlah masyarakat Aceh” yang merasa terganggu dengan keberadaan mereka.
Nasib Para Pengungsi Suku Rohingnya
Baru-baru ini, ada dua kapal yang mengangkut 231 warga Rohingya terdampar di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.Perwakilan UNHCR di Indonesia menjelaskan pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia soal penentuan lokasi khusus itu, namun yang ingin ditekankan ialah pengungsi juga mempunyai hak asasi manusia dan selayaknya bisa saling menolong.
Baca Juga: 5 Bencana Alam yang Pernah Menimpa Kawasan Negara Jepang
Suku Rohingnya Tiba di Aceh
Seorang pengungsi Rohingya berusia 14 tahun, Umar Faruq, menuturkan kapal yang mereka tumpangi berangkat dari Bangladesh. Mereka mengarungi lautan sekitar satu bulan lebih. Somusa Khatu, pengungsi Rohingya berusia 23 tahun, juga menjelaskan berada di lautan lepas selama 42 hari.Di tengah perjalanan, mesin kapal rusak. Selama 10 hari mereka tidak makanan karena tidak lagi tersedia persediaan.
“Di kapal ada 26 orang meninggal, tujuh di antaranya perempuan,” ujar Somusa Khatu kepada wartawan Hidayatullah di Aceh yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Selasa (27/12). Baik Umar Faruq dan Somusa Khatu berkata kehidupan mereka di negara asal yaitu Myanmar porak poranda. Rumah habis dibakar, sampai mereka kabur ke Bangladesh dan ditempatkan di kamp pengungsian.”Kami harap pemerintah Indonesia akan memberikan akses pendidikan, karena saya ingin mencapai pendidikan yang lebih tinggi,” ucap Umar Faruq.
Belum diketahui jelas ke mana negara tujuan mereka, tapi Malaysia sudah menjadi tujuan umum situs baccarat online untuk para pengungsi yang tiba dengan perahu. Pasalnya beberapa kali pengungsi Rohingya mencoba kabur untuk bisa ke sana.
Sebanyak 28 pengungsi Rohingya gagal berangkat ke Malaysia setelah tertangkap oleh Satuan Polisi Air Polres Tanjungbalai dari wilayah perairan Asahan, Sumatera Utara. Seluruh pengungsi itu merupakan kelompok yang dilaporkan kabur dari tempat penampungan di Lhokseumawe, Aceh. Rencananya mereka akan berangkat dengan kapal nelayan untuk ditarik ke daerah perairan Malaysia.
Ditolak sejumlah warga Aceh
Menurut catatan lembaga PBB untuk urusan pengungsi atau UNHCR, hingga September 2021 jumlah pengungsi dari Myanmar yang mayoritas etnis Rohingya di Indonesia mencapai 707 orang.
Tapi sejumlah warga Aceh mengaku terganggu dengan kehadiran mereka. Beni Murdani yang tinggal di Lhokseumawe mengatakan, mereka resah karena beberapa kali para pengungsi membuat ulah.
“Karena mereka menganggp mereka dapat musibah, jadi bisa seenaknya. Seolah-olah ini tempat mereka. Contoh, mereka mencuri kelapa warga tanpa meminta,” tutur Beni.Persoalan lain, pernah ada seorang perempuan setempat “yang dilecehkan oleh pengungsi Rohingya”.
Kemudian dalam beberapa kasus pengungsi ketahuan kabur, warga setempat dituduh ikut terlibat dalam aksi pelarian tersebut.”Ketika ada yang kabur, yang celaka masyarakat Aceh dibilang ada masyarakat Aceh yang mencoba membawa lari atau dalang mereka kabur, kan aneh,” klaimnya.”Kehadiran mereka membawa kecemasan bagi kami,” sambungnya.
Itu mengapa dia menuntut pemerintah agar menempatkan para pengungsi di luar Aceh.”Di Aceh ada yang masih ketat Islamnya, hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam jelas tidak boleh. Mereka datang disatukan laki-laki dan perempuan, itu kan bertentangan dengan syariat Islam di Aceh.