Kolam Tumatenden, Kolam Mata Air di Minahasa Utara yang Sarat dengan Sembilan Bidadari

Kolam Tumatenden jadi salah satu daerah wisata maxwin slot yang diselimuti dengan cerita rakyat yang begitu kental. Kolam mata air yang terletak di Minahasa Utara ini sering jadi tujuan wisata para arkeolog dan penggemar histori di tanah air.

Tapi apa yang membuatnya menarik dari aspek wisata? Meski kolam dengan cerita sembilan bidadari ini tidak benar-benar dikembangkan dalam aspek wisata, tapi cukup seru untuk dijadikan tujuan wisata di daerah kira-kira Manado. Hitung kalkulasi bisa jadi kunjungan nyeleneh di Sulut!

Alamat dan Rute Menuju Lokasi Kolam

Alamat pas dari Kolam Tumatenden ini adalah joker slot di Kecamatan Airmadidi. Tepatnya di Minahasa utara, Sulawesi Utara dengan jarak 26 km dari Manado. Jika pergi dengan kendaraan maka jarak tempuhnya kira-kira 40 menitan saja melalui jalan toll.

Kalau ikut rute tersebut, kamu bisa menjadi dari Jl. 14 Februari ikuti terus hingga ke Tingkulu. Nantinya kamu belok ke Jalan Mangga dan masuk ke Ring road.

Di ringroad, ikuti saja jalannya dan belok ke arah jl. Toll Manado Bitung. Saat di toll, perhatikan dengan baik jalan nampak toll dan ambil arah menuju Airmadidi Bawah.

Keluar tol selanjutnya belok kanan ke arah jalan akses Toll Airmadidi dan belok kanan kembali ke Sawangan. Nantinya ikut Jalan Tondano Airmadidi menuju Jl. Airmadidi atas. Belok kiri tidak jauh dari jalan besar. kecuali bingung tanyakan saja wilayah kolam air ini pada warga setempat.

Sejarah Wisata Kolam Tumatenden

Sejarah dan cerita rakyat yang kental sebabkan nama Kolam ini begitu dikenal. Cerita rakyatnya pun sebuah kisah yang kerap didengar, yaitu kisah pemuda dan bidadari kayangan.

Menurut cerita lokal dan deskripsi lukisan yang tergambar di relic bangunan, kamu bisa memandang cerita seorang Pemuda yang mengintip sembilan wanita cantik yang sedang mandi bersama.

Kolam inilah yang jadi area pemindaian sembilan bidadari tersebut, yang mana dikenal miliki khasiat membuat sembuh penyakit.

Pemuda yang sedang mengintip tersebut bernama Mamanua, yang mana bersembunyi di balik semak. Aksi nakal ini pun diikuti dengan tekadnya untuk mengambil satu dari sembilan selendang yang dimiliki oleh para Bidadari tersebut.

Seketika para bidadari menghendaki ulang ke kayangan, salah satu bidadari yang kehilangan selendang pun tidak bisa terbang. Bidadari tersebut pun bernama Lumalundung.

Karena itu pula, Lumalundung pun menentukan untuk tinggal di desa paling dekat dan jadi istri dari Mamanua sampai miliki buah hati. Anak tersebut kelak dinamai Walansendow.

Kisah kehidupan dua orang ini pun rukun dan bahagia. Bahkan dideskripsikan dari lukisan yang ditemukan di dinding kurang lebih wisata Kolam Tumatenden.

Namun, suatu kala si bidadari pun mendapatkan ulang selendang terbangnya. Yang pada akhirnya harus pergi ke kayangan meski dengan berat hati.

Wanita cantik yang sempat hidup sebagai manusia ini pun pergi meninggalkan sang suami dan anaknya untuk ulang ke kayangan. Bersama dengan bidadari lainnya yang dideskripsikan sedang berpisah kepada Mamanua dan Walansendow yang tetap balita.